NOVEL BASWESAN : “Saya sebenarnya telah menerima informasi bahwa seorang jenderal kepolisian terlibat(kasus peyiraman air keras)
“Perempatan ini menjadi penting karena di perempatan inilah seorang saksi mata melihat jelas wajah orang yang diduga sebagai penyiram Novel Baswedan beberapa saat sebelum kejadian.”
Pernyataan di atas adalah bagian dari tayangan saya yang berjudul “Misteri Penyiram Novel” yang akan tayang malam ini, Senin (3/7/2017), pukul 20.00 di KompasTV.
Saya sengaja memulainya dari lingkungan rumah Novel, termasuk perempatan penting di dekat rumah Novel. Saya menelusuri benarkah ada kejanggalan yang terjadi dalam kasus Novel Baswedan.
Secara eksklusif, saya mencoba merapikan puzzle dari berbagai sumber kredibel yang saya temui dan kumpulkan datanya.
Wawancara Novel Baswedan, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dengan majalah TIME pada 10 Juni 2017 lalu bak melontarkan bola panas.
Betapa tidak, Novel menyatakan kecurigaannya bahwa ada perwira tinggi Polri yang terlibat dalam kasus penyiraman yang menyebabkan mata kirinya terancam buta.
Kondisi Novel terakhir
Mata kiri Novel terancam buta karena sel punca yang dicangkok dalam matanya tak dapat berkembang. Kerusakan pada mata kirinya kelewat parah.
Sementara, mata kanan Novel masih berjibaku dengan penyembuhan. Informasi yang saya dapatkan dari pihak keluarga, cuma tersisa 4 milimeter sel kornea alias bagian putih di mata kanannya. Sisanya rusak.
Operasi besar cangkok mata menjadi jalan satu-satunya untuk menyelamatkan kedua matanya.
Perwira Polisi lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1998 ini menyatakan berhenti dari Polri saat berpangkat Komisaris Polisi di tahun 2012.
Namanya memang telanjur menjadi simbol perlawanan antikorupsi di negeri ini. Gerak - geriknya yang selalu ada di setiap kasus besar secara tidak langsung menancapkan kesan di benak publik bahwa Novel adalah penyidik utama yang selalu menangani setiap kasus korupsi kakap yang terjadi di negeri ini.
Akrab dengan ancaman
Selama menjadi penyidik KPK, tak kurang lima kali serangan pernah dialaminya. Ia pernah ditabrak berkali-kali saat hendak berangkat kerja ke KPK menggunakan sepeda motor. Terakhir, yang paling parah, mukanya disiram air keras.
Dua serangan itu terjadi di seputaran Kelapa Gading, Jakarta Utara, dekat rumahnya.
Tak hanya diserang, Novel juga beberapa kali mengalami kriminalisasi. Polisi menjadikannya tersangka dalam kasus penembakkan pencuri sarang burung walet saat ia menjadi Kasat Reskrim di Polres Bengkulu tahun 2004.
Terasa janggal. Kasus itu tiba-tiba muncul kembali pada 2012 saat Novel tengah menangani kasus korupsi alat simulator Surat Izin Mengemudi (SIM) yang menjerat mantan Kakorlantas Inspektur Jenderal Polisi Djoko Susilo dan Wakilnya, Brigadir Jenderal Polisi Didik Purnomo.
Di kasus yang mendadak muncul tahun 2012 itu Novel bahkan langsung ditetapkan sebagai tersangka. Berkasnya yang konon sudah P21 alias lengkap ini tidak dilanjutkan ke pengadilan atas keputusan Jaksa Agung Muhammad Prasetyo.
Kejaksaan Agung tidak mengeluarkan keputusan penyampingan perkara atau deponering dalam kasus Novel. Jadilah, ia masih menyandang status tersangka sampai saat ini.
Wawancara ekslusif
Saya tergerak untuk mewancarai orang terdekat Novel Baswedan, sang Istri, Rina Emilda. Saya menyampaikan keinginan saya ke pihak KPK.
Setelah itu saya melakukan pendekatan selama beberapa hari kepada Emilda. Aha, akhirnya istri Novel bersedia buka suara untuk Aiman. Ekslusif.
Pertanyaan-pertanyaan saya mulai dengan kondisi Novel Baswedan. Emilda baru saja tiba dari Singapura sejak sebelum Idul Fitri hingga beberapa hari setelahnya.
Ia berada di Singapura menemani sang suami sambil menjaga kelima anaknya, termasuk si bungsu, bayi mungil yang baru berusia beberapa bulan.
Saya masuk ke pertanyaan soal adanya Jenderal Polisi di balik serangan Novel, bagaimana Novel menyatakan ini?
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengungkapkan akan memeriksa sungguh sungguh pernyataan Novel ini. Kapolri memberangkatkan tim ke Singapura menemui Novel.
Tito menyatakan, polisi ingin memastikan apakah pernyataan Novel merupakan bukti hukum yang bisa ditindak lanjuti atau hanya sekadar kecurigaan.
Hasilnya, penyelidikkan itu masih berlangsung hingga kolom ini dipublikasikan.
Tanpa bermaksud mendahului penyelidikan polisi, saya menanyakan detail soal informasi ini ke Rina Emilda.
Bagaimana pernyataan sesungguhnya dari Novel Baswedan? Bagaimana pula Novel bisa mengetahui dan menyebut ada Jenderal Polisi di pusaran kasusnya?
Apakah Novel telah menyampaikan temuannya ini kepada Polisi sebelum bercerita kepada majalah TIME?
Terlalu banyak jika saya ungkapkan dalam tulisan.
Lengkapnya silakan simak AIMAN setiap Senin pukul 8 malam di KompasTV. Sampai bertemu.
Saya Aiman Witjaksono
Salam.
0 Response to " NOVEL BASWESAN : “Saya sebenarnya telah menerima informasi bahwa seorang jenderal kepolisian terlibat(kasus peyiraman air keras)"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.